Selasa, 24 Mei 2011

Sebab Doa Tidak (Belum) Terkabul


Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min : 60)

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. Faathir : 5)

Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya) (QS. Huud : 61)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah 186)

Dari ayat-ayat tersebut di atas disebutkan bahwa Allah SWT berjanji akan memperkenankan doa setiap hamba-NYA. Dan kita (yang beriman) tentu yakin bahwa Allah SWT tidak mungkin mengingkari janjinya itu. Lalu, sebagian besar dari kita pun sering dihadapkan pada sebuah pertanyaan sederhana, atau lebih tepatnya keluhan yakni mengapa doa saya tidak (belum) terkabul ?. Malah ada yang berkata “Ya, Allah, mengapa Engkau tidak memperkenankan doaku, padahal setiap hari aku tidak pernah lalai beribadah kepadamu, sholat berjamaah 5 kali sehari , puasa ramadhan dan puasa-puasa sunnah sudah kukerjakan, sedekah hampir setiap hari kulakukan.. dan sebagainya.. dan sebagainya. Tetapi mengapa belum juga hamba diberi apa yang hamba inginkan?”.

Akhirnya ada di antara kita yang mulai meninggalkan sholat sedikit-sedikit, mulai kurang rajin bersedekah, tidak lagi menjalankan puasa-puasa sunnah, hanya karena menganggap doa-doanya tidak dikabulkan. Benarkah demikian ? Benarkah doa kita tidak dikabulkan ? Mengapa ? Marilahkita simak pembahasan ringan dibawah ini:

Rosulullah Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah SWT dengan sebuah doa yang tidak berisi dosa dan permintaan untuk memutuskan silaturahim melainkan Allah SWT akan mengurniakan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Allah SWT akan segera memakbulkan doanya atau Allah SWT akan menyimpan doanya sebagai pahala di akhirat nanti atau Allah SWT akan menghindarkan dirinya dari suatu keburukan (dibalik doanya tersebut). Mereka lalu berkata: Kalau begitu kami harus memperbanyak berdoa. Selanjutnya beliau bersabda: Apa yang Allah SWT kurniakan kepada kalian lebih banyak dari yang kalian minta”. (HR. Imam Ahmad)

Dari hadist tersebut di atas, disebutkan bahwa jika seorang (YANG BERIMAN) itu berdoa, maka hanya ada tiga perkara yang bisa terjadi:

1. Allah SWT segera memakbulkan doanya atau,
2. Allah SWT akan menyimpan doanya sebagai pahala di akhirat nanti, atau
3. Allah SWT menghindarkan dirinya dari keburukan dibalik doanya tersebut (yang dia tidak ketahui).

Bagi yang tahu dan memahami hadits ini serta yakin akan kebenarannya, tentu tidak masalah dan tidak akan berburuk sangka kepada Allah SWT. Dia akan terus bersabar dan yakin dengan ketiga kemungkinan tersebut. Dari pernyataan saya di atas, sebenarnya sudah mulai bisa ditebak ke arah mana jawaban dari mengapa doa seseorang itu tidak (belum) dikabulkan. Saya berikan huruf besar pada kutipan kata berikut yang jelas-jelas “BAHWA ALLAH SWT TIDAK AKAN MENGABULKAN DOA ORANG-ORANG YANG TIDAK BERIMAN KEPADA-NYA”.

“Dan Dia memperkenankan doa orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh……”.(QS. Asy Syuura: 26)

Sudah jelas, bukan? Allah memperkenankan doa orang-orang yang BERIMAN kepada-NYA. Pertanyaannya pun kembali pada diri kita, SUDAHKAH DIRI KITA BERIMAN atau SUDAH CUKUP PANTASKAH DIRI KITA INI DIMASUKKAN DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG TELAH BERIMAN?. Coba renungkanlah!

Namun bagaimanapun juga, bagi sebagian dari kita yang masih awam dan belum memiliki konsep pemikiran yang matang, sudah barang tentu akan terus-menerus melontarkan pertantanyaan; mengapa doa saya tidak dikabulkan? Sederhana saja, kembali simaklah penjelasan di bawah ini tentang sebab tertahannya atau belum dikabulkannya sebuah doa:                                                                                                                       

1. Masih Senang Berbuat Maksiat/Dosa:

       Bagaimana mungkin Allah SWT ingin menjawab (doa) permintaannya itu sekiranya seseorang itu senantiasa bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat serta banyak meninggalkan kewajiban – kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-NYA. Sabda Rasulullah SAW:

Demi Allah SWT yang jiwaku berada di tangan-NYA, kamu harus mengerjakan segala yang baik (makruf) dan meninggalkan segala yang keji (mungkar), atau jika tidak Allah SWT pasti akan menurunkan siksa atas kalian, dan sekiranya kalian berdoa tidak akan makbul”. (HR. Tirmidzi)

Satu hal yang harus kita akui bahwa sampai hari banyak di antara kita yang memang kelihatannya alim atau rajin beribadah, namun maksiat-nya juga jalan baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Ibadahnya kepada Allah memang jalan, namun maksiat-nya juga ikutan jalan dan perilakunya kepada sesama manusia masih jauh dari nilai-nilai akhlak seorang muslim. Setiap hari kita sholat, puasa setiap senin-kamis, namun hampir setiap hari pula kita bergosip (ghibah), berdusta, ingkar janji, fitnah sana sini, melihat hal-hal yang diharamkan dan lain sebagainya.

Kita juga banyak yang merasa ibadah kita sudah baik, padahal belum tentu ibadah yang kita kerjakan sehari-hari itu diterima oleh-NYA. INGAT!!! syarat diterimanya suatu ibadah itu hanya dua yakni dilandasi ikhlas lillahi ta’ala dan caranya benar sesuai syariat atau tuntunan (sunnah). Untuk mencapai ikhlas dalam beribadah bukanlah perkara mudah, padahal merupakan syarat utama ibadah. Dan tantangan beribadah hari ini juga semakin berat dengan munculnya berbagai macam bid’ah dan aliran-aliran yang mengklaim cara beribadah merekalah yang paling benar. Selanjutnya, Allah SWT menyindir :

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”. (QS. An-Naml : 62)

Ya, sebuah sindiran yang benar dan harus kita akui: “..amat sedikitlah kamu mengingat-NYA”. Jangan-jangan kita juga termasuk dalam golongan orang-orang yang “jarang mengingat Allah”. Tanya siapa ? Tanyakan pada diri kita dan camkanlah bahwa orang yang senantiasa benar-benar ingat Allah, pastinya akan takut berbuat dosa dan maksiat!

2. Tidak Peduli Halal Haram:
  
Mana mungkin Allah SWT SWT akan memperkenankan sesuatu permohonan jika hamba-hamba-NYA dalam kehidupan sehari-harinya tidak mempedulikan perkara halal dan haram dari segi sumber rezeki, makanan dan pakaian-pakaiannya.
Kemudian Baginda (Rosulullah SAW) menyebutkan tentang seseorang yang sedang dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut dan berdebu. Dia berdoa sambil menadahkan tangannya ke langit, dia berucap: Ya Rabbi, Ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia dikenyangkan dengan makanan yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya dikabulkan?. (HR. Muslim).
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari benda-benda yang baik (yang halal) yang telah Kami berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah SWT, jika betul kamu hanya beribadah kepada-NYA”. (QS Al-Baqarah:172).
“Wahai Rasul-rasul, makanlah dari benda-benda yang baik lagi halal dan kerjakanlah amal-amal soleh; sesungguhnya Aku Maha Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mukminun: 51).

3. Melampaui batas:

Di dalam Al-Qur’an banyak dijelaskan bahwa yang digolongkan sebagai orang-orang yang melampaui batas itu diantaranya yaitu para pendusta lagi ingkar janji, orang yang sombong, orang jahil, orang yang memutuskan tali silaturahim dan sebagainya.
“Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”. (QS. At-Taubah : 10)
“Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Yunus : 83).
"Padahal Allah SWT sering menegaskan bahwa DIA tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. Al-A’raaf: 55, QS Al-Baqarah 190, QS. Al-Maidah : 87)

4. Tidak Mensyukuri Nikmat-NYA.:

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS. Yunus: 12).
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa”. (QS. Fushshilat: 51)

Lagi-lagi Allah menyindir kita dengan ayat-ayat tersebut. Dan harus kita akui, saat kita senang, kita sering lupa kepada-NYA. Namun begitu kita tertimpa musibah atau bencana, dengan penuh linangan air mata kita menyebut-nyebut nama-NYA. Saat senang kita tidak berdoa, namun begitu kehidupan kita mulai susah, hutang di sana sini menumpuk, penyakit tiba-tiba datang, kita mulai rajin ke mesjid, mulai rajin ngaji, sholat tahajjud dan sebagainya. Tanpa kita sadari kita telah masuk dalam golongan orang-orang yang melampaui batas, golongan yang tidak disukai oleh-NYA. Maka jika Allah SWT sudah tidak menyukai kita, akankah doa kita makbul ?

Satu hal lagi, syukurilah apa yang ada pada diri kita, jangan hanya ‘memandang’ terus ke atas. Syukurilah apa yang kita miliki saat ini. Jangan sampai kita terus berdoa seperti ini: “Ya, Allah berikanlah hamba rezki yang banyak agar dapat membeli sepeda motor”. Begitu kita mendapat rezki untuk membeli sepeda motor, lagi-lagi kita berdoa, “Ya, Allah berilah hamba rezki agar bulan depan dapat membeli mobil”. Begitu mendapat mobil, kita berdoa lagi agar bisa membeli kapal pesiar pribadi, pesawat pribadi, kapal bahkan jet tempur pribadi ! Na’udzubillah. Jangan sampai kita terpedaya oleh kenikmatan dunia yang hanya sesaat (QS. Faathir : 5).


SARAN DAN KESIMPULAN :
Allah berjanji akan mengabulkan setiap permohanan (doa) seorang hamba-NYA (DENGAN SYARAT) selama hamba itu menaati perintah-NYA atau beriman kepada-NYA, atau selama hamba-NYA itu tidak terpedaya oleh tipuan syaithan yang terkutuk.
Satu nukilan lagi, dari Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi, mengutip: “Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah SWT, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah SWT: Penuhilah kebutuhannya, karena AKU benci mendengarkan keluhannya”.

Akhir kalam, hendaklah kita tidak berburuk sangka kepada-NYA apabila DIA tidak memperkenankan sesuatu permintaan hamba-NYA. Karena Allah SWT Maha Tahu dan ingin memberikan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dipinta oleh hamba-NYA itu. Dan jangan sampai kita hanya berdoa saja tanpa berusaha semaksimal mungkin untuk meraih yang apa yang kita inginkan dalam doa tersebut. Jika kita ingin dikaruniai banyak rejeki atau sukses, maka sudah seharusnya kita berusaha dan bekerja keras dengan sungguh-sungguh. Jangan hanya berdoa terus tapi lebih sering bermalas-malasan atau setiap hari fesbukan melulu hingga melalaikan pekerjaan atau kegiatan yang lebih bermanfaat (ibadah).


sumber : google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar